REVIEW
JURNAL
Investasi
: Komparasi Strategi Buy and Hold dengan
Pendekatan Teknikal
Natica
Ardani, Werner R.Murhadi dan Deddi Marciano
ABSTRAK
Penelitian ini
bertuuan untuk menganalisa efektifitas analisa teknikal moving average dibandingkan dengan buy and hold strategy pada indeks saham LQ-45 (sebagai pasar
berkembang) dan S&P500 (sebagai pasar maju). Penelitian ini merupakan studi
deskriptif menggunakan metode moving
exponential crossovers yang kemudian dibandingkan dengan return dari buy and hold strategy. Penelitian menggunakan sampel LQ45 yang
mewakili pasar berkembang dan S&P500 yang mewakili pasar maju selama
periode 2001-2011.
Kata kunci : Technical analysis, moving average, efficient
market hypothesis, buy and hold
strategy, LQ-45,
S&P500.
PENDAHULUAN
Investasi merupakan hal yang umum dilakukan masyarakat
untuk mengembangkan dana yang dimilikinya. Investasi adalah suatu kegiatan penempatan
dana pada sebuah atau sekumpulan aset selama periode tertentu dengan harapan dapat
memperoleh penghasilan dan/atau peningkatan nilai investasi (Jones 2004). Salah
satu investasi yang populer dan umum dilakukan adalah investasi saham. Sesuai
yang tercantum dalam Bapepam (2003), saham merupakan sertifikat yang menunjukkan
bukti kepemilikan suatu perusahaan, dan pemegang saham memiliki hak klaim atas
penghasilan dan aktiva perusahaan.
Dalam berinvestasi investor berkeinginan untuk
memperoleh keuntungan semaksimal
mungkin.
Para investor harus jeli dalam memilih saham yang layak dan melihat momen di
mana harus posisi sell, buy, atau hold. Walaupun pertumbuhan dari perolehan
saham diinginkan,tetapi fluktuasi tajam yang memunculkan resiko tinggi selalu
diupayakan ditekan. Dengan keuntungan maksimal berarti resiko yang harus diambil
lebih tinggi. Situasi dan kondisi pasar yang kurang menentu menyebabkan resiko
yang lebih tinggi. Pembuatan kerangka keputusan investasi sangat menentukan
keberhasilan seorang investor dalam mengoptimalkan tingkat imbal hasil (return)
investasi dan mengurangi sekecil mungkin resiko yang dihadapi (Eko 2008).
Analisa saham dibutuhkan untuk menentukan kelas
resiko dan perolehan saham sebagai dasar keputusan investasi. Analisa tersebut
dilakukan dengan dasar sejumlah informasi yang diterima investor atas suatu
jenis saham tertentu.
Analisa yang pada umumnya digunakan oleh investor adalah
analisa fundamental dan analisa teknikal.
Analisa fundamental merupakan teknik analisa saham
dengan melakukan penilaian saham perusahaan untuk mengetahui nilai sebenarnya dari
suatu aset finansial (Heijden 2003). Analisa teknikal merupakan studi terhadap
pergerakan harga lampau dengan tujuan untuk memprediksi pergerakan saham ke
depannya dari masa lalu. Analisa teknikal adalah suatu metode pengevaluasian saham,
komoditas ataupun sekuritas lainnya dengan cara menganalisa statistik yang dihasilkan
oleh aktivitas pasar di masa lampau guna memprediksikan pergerakan harga di
masa mendatang (Ong 2008).
Analisa teknikal secara umum dapat digolongkan menjadi
2 kelas utama, yaitu analisa teknikal klasik dan analisa teknikal modern.
Pengguna
analisa teknikal klasik, atau yang biasa disebut sebagai chartist percaya
bahwa tren dan sinyal aksi pasar suatu saham dapat diperoleh berdasarkan bentuk
dan pola tertentu dari grafik harga saham. Dasar pengambilan keputusan transaksi
dalam analisa ini biasanya ditentukan berdasarkan judgement dan
interpretasi penggunanya terhadap suatu grafik sehingga menjadi sangat subjektif.
Lain halnya dengan analisa teknikal klasik, analisa teknikal modern melihat tren
dan sinyal aksi pasar suatu saham berdasar pola grafik yang diindikasikan dari
perhitungan kuantitatif sehingga hasilnya objektif.
Berdasarkan pertimbangan yang telah disebutkan di
atas, pada penelitian ini peneliti fokus pada analisa teknikal karena dengan
asumsi bahwa pada saat kita telah memilih untuk membeli suatu saham, kita harus
dapat memahami kapan waktu yang tepat untuk membeli, bertahan, atau menjual saham
yang kita miliki supaya bisa memperoleh keuntungan maksimum. Pemilihan analisa
teknikal modern dengan pertimbangan bahwa mengingat analisa tersebut bersifat
kuantitatif maka metode ini secara ilmiah dapat diuji kemampuan dan kinerjanya
dalam menghasilkan keuntungan bagi investor.
Metode
Penelitian
Penelitian
ini merupakan descriptive research karena peneliti ingin mendeskripsikan
kondisi dan keefektifan dari teknik MA dalam memprediksi trend suatu saham
dibandingkan dengan strategi buy and hold. Hal ini untuk membuktikan apakah analisa
teknikal terutama dengan menggunakan MA benar dapat digunakan untuk memprediksi
trend suatu saham dan untuk membuktikan antara analisa teknikal dengan random
walk hypothesis.
Data
yang diperoleh menggunakan data sekunder, yang diperoleh dari data historis
pergerakan harga saham. Data terdiri dari nilai penutupan harian dari dua pasar
indeks, yaitu LQ45 dan S&P500. Nantinya data akan dibagi dalam rentang waktu
3 tahun dan dibagi dalam 2 periode untuk pengujian periode portfolio formation
dan
periode portfolio evaluation.
1.
Periode portfolio formation
Tujuannya
untuk menguji kombinasi periode MA panjang dan pendek yang menghasilkan retun
paling tinggi. Pada periode ini akan
diuji dua macam moving average. Yang pertama adalah MA periode yang telah
ditentukan, yaitu dengan MA pendek 1 (satu) hari dan MApanjang 10, 50, 100, 150
hari. Yang kedua adalah MA optimization, yaitu dengan rentang MA pendek 1-10
dan MA panjang 11-100. Pada MA optimization ini akan dilihat hasil simulasi yang
menghasilkan 5 return terbanyak dan diambil rentang periode yang menghasilkan
return tertinggi. Tujuan diujinya dua macam MA adalah untuk mengetahui manakah
metode yang paling
memberikan
profit tertinggi.
2. Periode Portfolio Evaluation
Perolehan periode dengan return tertinggi dari portfolio
formation akan diuji pada periode
portfolio evaluation dan hasilnya akan dibandingkan
dengan return dari buy and hold
strategy.
Adapun simulasi yang akan dilakukan
sebagai berikut:
1. Simulasi :
a. Portfolio Formation: tahun 2001 – 2003
b. Portfolio Evaluation: tahun 2004 – 2006
2. Simulasi :
a. Portfolio Formation: tahun 2002 – 2004
b. Portfolio Evaluation: tahun 2005 – 2007
3. Simulasi :
a. Portfolio Formation: tahun 2003 – 2005
b. Portfolio Evaluation: tahun 2006 – 2008
4. Simulasi :
a. Portfolio Formation: tahun 2004 – 2006
b. Portfolio Evaluation: tahun 2007 – 2009
5. Simulasi :
a. Portfolio Formation: tahun 2005 – 2007
b. Portfolio Evaluation: tahun 2008 – 2010
6. Simulasi :
a. Portfolio Formation: tahun 2006 – 2008
b. Portfolio Evaluation: tahun 2009 – 2011
Metode yang digunakan untuk analisis data pada
penelitian ini adalah moving average, yang
merupakan salah satu alat paling populer dan mudah
digunakan untuk para analis teknikal. Jenis MA yang akan digunakan adalah
eksponensial, dengan pertimbangan bahwa eksponensial merupakan pengembangan
lebih lanjut pada varian MA sebelumnya yaitu SMA dan WMA.
Ada 2 tipe moving average yang akan
digunakan:
1. MA dengan periode yang telah ditentukan, di mana
MA pendek adalah 1 dan panjang 10, 50, 100, 150.
2. MA optimization dengan MA pendek terdiri dari 1-10
hari sedangkan MA yang lebih panjang bervariasi dalam rentang 11-100 hari. Pengujian
dengan menggunakan Metastock versi 11 dengan metode Moving Average Crossovers.
Metastock merupakan salah satu program yang menyediakan analisa komponen untuk
analisis teknikal dan grafik, ditunjukan untuk investor individu. Selanjutnya,
pada pengujian akan dilakukan 6 simulasi, di mana masing-masing simulasi akan
dibagi dalam 2 tahap/ eriode. Tahap pertama adalah portfolio formation, dengan
mencari simulasi kombinasi dari MA pendek dan MA panjang yang menghasilkan return
paling besar. Tahap kedua adalah periode portfolio evaluation, yaitu dengan menggunakan
return tertinggi yang diperoleh dari portfolio formation untuk
diimplementasikan dalam 3 tahun setelah periode portfolio formation diuji.
Setelah memperoleh hasil implementasi tersebut maka akan dibandingkan dengan
returnyang diperoleh dari strategi buy and hold. Return dari strategi buy and
hold diperoleh dengan melakukan perhitungan return yang dihasilkan pada harga
pertama pembelian dengan harga terakhir yang digunakan dalam periode pengujian.
Dengan membandingkan return dari strategi MA dan strategi buy and hold maka diharapkan
permasalahan penilitian di atas dapat terjawab.
Hasil
Penelitian dan Pembahasan
Analisa
Kinerja Indeks Saham
Indeks
LQ-45
Data indeks LQ-45
diperoleh dari situs finance.yahoo.com, dengan data indeks dari Januari 2001
sampai dengan Desember 2011. Data tersebut kemudian diolah menggunakan Metastock
dengan metode Exponential Moving Average (EMA). Hasil diperoleh dengan
menggunakan 2 MA, yaitu pendek dan panjang. Pergerakan harga indeks dari LQ-45
dapat terlihat sesuai dengan gambar dan tabel di bawah ini. Pada tahun
2001-2002 ekonomi Indonesia masih dalam siklus depresi dikarenakan terjadinya krisis
ekonomi tahun 1997. Mulai tahun 2003, siklus ekonomi Indonesia mengalami
recovery cycle yang tampak dari pergerakan LQ-45 yang terus meningkat (Sulistyorini
2009).
Kenaikan dari awal tahun
2003 hingga akhir tahun 2007 mengalami pertumbuhan ±45% per tahunnya. Pada
tahun 2008 indeks saham LQ-45 menurun drastis hingga 54.7% dikarenakan pada
saat tersebut kondisi bursa dan pasar keuangan secara global telah mengalami tekanan
yang sangat berat, akibat kerugian yang terjadi di subprime mortgages yang berimbas
ke sektor keuangan Amerika Serikat dan berimbas pula ke negara-negara lain di
dunia, baik di Eropa, Asia, Australia, maupun Timur Tengah. Indeks harga saham
di bursa global juga mengikuti keterpurukan indeks harga saham bursa di AS,
bahkan di Asia, termasuk Indonesia, indeks harga saham menukik tajam melebihi
penurunan indeks saham di AS sendiri, dapat terlihat dari penurunan indeks
LQ-45 tahun 2008 sebesar 54.7% sedangkan S&P500 sebesar 37.6%. Hal ini mengakibatkan
kepanikan yang luar biasa bagi para investor, sehingga sentimen negatif terus berkembang.
Pada awal tahun 2009
indeks saham LQ45 masih dalam keadaan bearish tetapi sekitar Maret 2009 indeks
saham perlahan mulai naik kembali. Bahkan pada tahun 2009 dari awal tahun
hingga akhir tahun mengalami peningkatan sebesar 71%. Pada tahun 2010 dan 2011
indeks saham LQ45 sudah kembali normal.
Portfolio
Formation
Pada tahap portfolio formation, indeks saham LQ-45
dan S&P500 diuji berdasarkan 6 simulasi yang telah ditentukan masing-masing
rentang periode per simulasi sesuai yang telah dijelaskan pada bagian metode di
atas. Berikut adalah hasil keuntungan yang diperoleh dan periode MA yang paling
menghasilkan keuntungan optimum.
Moving Average 1-10, 1-50, 1-100, 1-150
Pada pengujian ini, masing-masing simulasi diuji
dengan periode MA yang sudah ditentukan, yaitu MA pendek 1 (satu) hari dan MA
panjang terdiri dari 10, 50, 100, dan 150. Dari hasil perolehan masing-masing
simulasi dilihat periode MA yang memberikan keuntungan paling maksimum. LQ-45 Hasil
dari penelitian ini terdiri dari keuntungan yang diperoleh selama 3 (tiga)
tahun dan per tahun. Apabila dilihat dari hasil tabel 3, sebagian besar periode
yang menghasilkan persentase keuntungan paling tinggi adalah MA dengan periode
1-10, hanya simulasi 4a (tahun 2004-2006) saja yang memperoleh keuntungan paling
maksimum pada periode 1-50. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil
penelitian BenZion, et al. (2003), yang juga menunjukkan bahwa success proportion
dan return long plus cash strategy dan long plus short strategy dari penelitian
tersebut yang juga menggunakan moving averages yang paling besar adalah untuk
periode 1-9 dan 1-49. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan dalam Murphy (1999),
bahwa semakin pendek MA maka semakin sensitif terhadap aksi harga sehingga keterlambatan
waktu dari MA dapat dikurangi walaupun tidak dapat sepenuhnya dihilangkan. Dengan
menggunakan MA yang lebih pendek periodenya maka dapat menjadi lebih sensitive terhadap
adanya perubahan harga, sehingga tindakan yang diambil juga dapat lebih cepat
dan memungkinkan untuk memperoleh hasil yang lebih maksimal.
KESIMPULAN
DAN SARAN
Kesimpulan
Analisa teknikal ini
masih menjadi suatu perdebatan terutama dengan adanya efficient market hypothesis
(EMH), di mana dikatakan bahwa informasi tidak dapat digunakan untuk memprediksi
perubahan harga di masa yang akan datang. Selain itu, pada EMH dikatakan juga bahwa
buy and hold strategy merupakan teknik yang paling unggul dan tidak ada metode
lain yang dapat mengalahkan metode tersebut.
Dengan adanya hasil yang bertolak belakang tersebut
maka penelitian ini berusaha untuk melihat apakah metode analisa teknikal
efektif dalam melihat trend pergerakan harga saham dan dapat menghasilkan
keuntungan yang maksimum dibandingkan dengan buy and hold strategy. Hasil dari
penelitian ini menunjukkan bahwa pada LQ-
45, dalam hal ini mewakili pasar berkembang lebih
efektif menggunakan moving average dengan rentang periode yang pendek, sedangkan
pada S&P500 sebagai pasar maju lebih efektif menggunakan moving average
dengan rentang periode
yang panjang.
Penggunaan analisa
teknikal dengan moving average terbukti dapat melihat trend dari pergerakan saham
sesuai dengan asumsi/prinsip dasar yang dijelaskan dalam Murphy (1999). Namun,
keefektifan moving average tersebut dalam melihat pergerakan trend juga
dipengaruhi dengan keadaan kondisi ekonomi negara pada periode tersebut. Hal
ini terlihat dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa pada saat kondisi ekonomi
negara tersebut baik (bullish), penggunaan buy and hold strategy lebih dapat
memberikan keuntungan dibandingkan dengan analisa teknikal,
bahkan pada S&P500 analisa teknikal dengan menggunakan
MA optimization menghasilkan kerugian. Hasil tersebut menunjukkan pada pada saat
kondisi ekonomi sedang baik maka pasar akan bertindak secara acak, sesuai
dengan konsep yang dikemukakan oleh Fama (1970) dalam Heijden (2003). Sebaliknya,
pada kondisi ekonomi negara tersebut sedang krisis (bearish), penggunaan analisa
teknikal lebih dapat memberikan keuntungan dibandingkan dengan buy and hold strategy,
bahkan pada S&P500 terlihat bahwa dengan menggunakan buy and hold strategy
dapat mengalami kerugian. Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian-penelitian
terdahulu yang menunjukkan bahwa pasar modal Indonesia telah efisien dalam
tingkat lemah (Indra 2001; Lestari dan Donny 2006) dan S&P500 menunjukkan bahwa
pasar modal di Amerika cenderung berbentuk efisien dalam tingkat semikuat (Gumanti
dan Utama 2002). Berdasarkan penelitian ini, dapat terlihat bahwa pasar modal Indonesia
dan Amerika Serikat belum sepenuhnya efisien karena investor masih dapat
mengambil keuntungan dengan menggunakan analisa teknikal.
Dengan hasil tersebut di
atas, dapat disimpulkan bahwa pasar dari suatu negara akan lebih efisien pada
saat kondisi ekonomi baik dan efficient market hypothesis terbukti. Namun, pada
saat kondisi ekonomi negara tersebut buruk, maka pasar saham juga menjadi tidak
efisien dan pasar cenderung bergerak berdasarkan trend sehingga analisa
teknikal menjadi lebih memberikan keuntungan. Hasil penelitian ini sesuai
dengan penelitian Brown dan Harlow (1988) dan Brown et al. (1988) yang
menyatakan bahwa terdapat bentuk asimetris pada respon pasar terhadap even bagus
dan buruk. Reaksi pasar negatif lebih kuat dan lebih dapat diprediksi
dibandingkan reaksi positif terhadap stimulus (Pasaribu 2011). Hal tersebut
dapat terjadi karena dipengaruhi oleh adanya pengambilan keputusan secara
irasional oleh sebagian besar investor dan menyebabkan pasar menjadi tidak efisien.
Para investor memiliki kecenderungan yang sama dalam pengambilan keputusan saat
kondisi pasar bearish untuk meminimalisasikan kerugian
SARAN
Penelitian ini memiliki keterbatasan
dan dapat dijadikan saran untuk penelitian berikutnya, antara lain: (1)
Dikarenakan hasil keuntungan yang diperoleh berdasarkan tahunan, maka penelitian
ini lebih efektif diterapkan pada investasi jangka panjang. Penelitian ini
tidak meneliti apakah analisa teknikal moving average ini efektif pula
diterapkan pada investasi jangka pendek. Oleh karena itu, untuk penelitian
selanjutnya dapat dilakukan pengujian apakah pada investasi jangka pendek
efektivitas analisa teknikal moving average dibandingkan dengan buy and hold strategy
juga memperoleh hasil yang sama dengan penelitian ini. (2) Penelitian ini hanya
melihat dari satu macam analisa teknikal saja sehingga tidak dapat disimpulkan
secara umum bahwa semua analisa teknikal akan menghasilkan kesimpulan yang
sama.
Dengan melakukan
penelitian menggunakan analisa teknikal yang bervariatif dari metode yang
sederhana hingga metode yang kompleks dapat melihat tingkat keefektifannya dalam
memprediksi trend suatu pasar, dibandingkan dengan metode buy and hold. (3)
Dalam membandingkan efektivitas analisa teknikal moving average ini antara
pasar maju dan berkembang, peneliti hanya melihat dari satu negara baik untuk
pasar maju dan berkembang. Oleh karena itu, penelitian selanjutnya dapat diteliti
pada beberapa negara untuk memperoleh kesimpulan yang lebih menyeluruh. (4) Penelitian
ini menggunakan portfolio pasar sebagai data yang digunakan dalam pengolahan
analisa teknikal moving average sehingga data pergerakan indeks yang
dihasilkkan mengikuti pasar dan bukannya berdasarkan efisiensi pasar.
DAFTAR
PUSTAKA
Basu,
S., Mahendra, R., Tchalian, H. (2008), A comprehensive study of behavioral
finance, Journal of Financial Service Professionals, pp. 51-62.
BenZion,
U.P. Klein, Y. Shachmurove, dan J.Yagil (2003), Efficiency Differences between the
S&P500 and the Tel-Aviv 25 Indices: A Moving Average Comparison, International
Journal of Business, Vol. 8(3).
Brown,
K.C., W.V. Harlow (1988), Market Overreaction: Magnitude and intensity, Journal
of Portfolio Management, Vol. 14, 6-13.
Brown,
K.C., W.V. Harlow, and S.M. Tinic (1988), Risk Aversion. Uncertain Information,
and Market Efficiency, Journal of Financial Economics¸ Vol. 22,
355–385.
Eko,
U. (2008), Analisis dan Penilaian Kinerja Portfolio Optimal Saham-Saham LQ-45. Jurnal
Ilmu Administrasi dan Organisasi. Sept-Des 2008: 178-187.