Kamis, 02 Mei 2013

Review Jurnal

Nama Kelompok : Herman Fuady Siregar 23210266 Heru Setiawan 23210288 Raden Bambang S 25210513 Winda Riansyah 28210531 kelas : 3EB09 MK : Bahasa Inggris 2




REVIEW JURNAL
Investasi : Komparasi Strategi Buy and Hold dengan Pendekatan Teknikal
Natica Ardani, Werner R.Murhadi dan Deddi Marciano
ABSTRAK
Penelitian ini bertuuan untuk menganalisa efektifitas analisa teknikal moving average dibandingkan dengan buy and hold strategy pada indeks saham LQ-45 (sebagai pasar berkembang) dan S&P500 (sebagai pasar maju). Penelitian ini merupakan studi deskriptif menggunakan metode moving exponential crossovers yang kemudian dibandingkan dengan return dari buy and hold strategy. Penelitian menggunakan sampel LQ45 yang mewakili pasar berkembang dan S&P500 yang mewakili pasar maju selama periode 2001-2011.
Kata kunci : Technical analysis, moving average, efficient market hypothesis, buy and hold
strategy, LQ-45, S&P500.
PENDAHULUAN
Investasi merupakan hal yang umum dilakukan masyarakat untuk mengembangkan dana yang dimilikinya. Investasi adalah suatu kegiatan penempatan dana pada sebuah atau sekumpulan aset selama periode tertentu dengan harapan dapat memperoleh penghasilan dan/atau peningkatan nilai investasi (Jones 2004). Salah satu investasi yang populer dan umum dilakukan adalah investasi saham. Sesuai yang tercantum dalam Bapepam (2003), saham merupakan sertifikat yang menunjukkan bukti kepemilikan suatu perusahaan, dan pemegang saham memiliki hak klaim atas penghasilan dan aktiva perusahaan.
Dalam berinvestasi investor berkeinginan untuk memperoleh keuntungan semaksimal
mungkin. Para investor harus jeli dalam memilih saham yang layak dan melihat momen di mana harus posisi sell, buy, atau hold. Walaupun pertumbuhan dari perolehan saham diinginkan,tetapi fluktuasi tajam yang memunculkan resiko tinggi selalu diupayakan ditekan. Dengan keuntungan maksimal berarti resiko yang harus diambil lebih tinggi. Situasi dan kondisi pasar yang kurang menentu menyebabkan resiko yang lebih tinggi. Pembuatan kerangka keputusan investasi sangat menentukan keberhasilan seorang investor dalam mengoptimalkan tingkat imbal hasil (return) investasi dan mengurangi sekecil mungkin resiko yang dihadapi (Eko 2008).
Analisa saham dibutuhkan untuk menentukan kelas resiko dan perolehan saham sebagai dasar keputusan investasi. Analisa tersebut dilakukan dengan dasar sejumlah informasi yang diterima investor atas suatu jenis saham tertentu.
Analisa yang pada umumnya digunakan oleh investor adalah analisa fundamental dan analisa teknikal.
Analisa fundamental merupakan teknik analisa saham dengan melakukan penilaian saham perusahaan untuk mengetahui nilai sebenarnya dari suatu aset finansial (Heijden 2003). Analisa teknikal merupakan studi terhadap pergerakan harga lampau dengan tujuan untuk memprediksi pergerakan saham ke depannya dari masa lalu. Analisa teknikal adalah suatu metode pengevaluasian saham, komoditas ataupun sekuritas lainnya dengan cara menganalisa statistik yang dihasilkan oleh aktivitas pasar di masa lampau guna memprediksikan pergerakan harga di masa mendatang (Ong 2008).
Analisa teknikal secara umum dapat digolongkan menjadi 2 kelas utama, yaitu analisa teknikal klasik dan analisa teknikal modern.
Pengguna analisa teknikal klasik, atau yang biasa disebut sebagai chartist percaya bahwa tren dan sinyal aksi pasar suatu saham dapat diperoleh berdasarkan bentuk dan pola tertentu dari grafik harga saham. Dasar pengambilan keputusan transaksi dalam analisa ini biasanya ditentukan berdasarkan judgement dan interpretasi penggunanya terhadap suatu grafik sehingga menjadi sangat subjektif. Lain halnya dengan analisa teknikal klasik, analisa teknikal modern melihat tren dan sinyal aksi pasar suatu saham berdasar pola grafik yang diindikasikan dari perhitungan kuantitatif sehingga hasilnya objektif.
Berdasarkan pertimbangan yang telah disebutkan di atas, pada penelitian ini peneliti fokus pada analisa teknikal karena dengan asumsi bahwa pada saat kita telah memilih untuk membeli suatu saham, kita harus dapat memahami kapan waktu yang tepat untuk membeli, bertahan, atau menjual saham yang kita miliki supaya bisa memperoleh keuntungan maksimum. Pemilihan analisa teknikal modern dengan pertimbangan bahwa mengingat analisa tersebut bersifat kuantitatif maka metode ini secara ilmiah dapat diuji kemampuan dan kinerjanya dalam menghasilkan keuntungan bagi investor.
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan descriptive research karena peneliti ingin mendeskripsikan kondisi dan keefektifan dari teknik MA dalam memprediksi trend suatu saham dibandingkan dengan strategi buy and hold. Hal ini untuk membuktikan apakah analisa teknikal terutama dengan menggunakan MA benar dapat digunakan untuk memprediksi trend suatu saham dan untuk membuktikan antara analisa teknikal dengan random walk hypothesis.
Data yang diperoleh menggunakan data sekunder, yang diperoleh dari data historis pergerakan harga saham. Data terdiri dari nilai penutupan harian dari dua pasar indeks, yaitu LQ45 dan S&P500. Nantinya data akan dibagi dalam rentang waktu 3 tahun dan dibagi dalam 2 periode untuk pengujian periode portfolio formation
dan periode portfolio evaluation.
1. Periode portfolio formation
Tujuannya untuk menguji kombinasi periode MA panjang dan pendek yang menghasilkan retun paling tinggi. Pada  periode ini akan diuji dua macam moving average. Yang pertama adalah MA periode yang telah ditentukan, yaitu dengan MA pendek 1 (satu) hari dan MApanjang 10, 50, 100, 150 hari. Yang kedua adalah MA optimization, yaitu dengan rentang MA pendek 1-10 dan MA panjang 11-100. Pada MA optimization ini akan dilihat hasil simulasi yang menghasilkan 5 return terbanyak dan diambil rentang periode yang menghasilkan return tertinggi. Tujuan diujinya dua macam MA adalah untuk mengetahui manakah metode yang paling
memberikan profit tertinggi.
2. Periode Portfolio Evaluation
Perolehan periode dengan return tertinggi dari portfolio formation akan diuji pada periode
portfolio evaluation dan hasilnya akan dibandingkan dengan return dari buy and hold
strategy.
Adapun simulasi yang akan dilakukan
sebagai berikut:
1. Simulasi :
a. Portfolio Formation: tahun 2001 – 2003
b. Portfolio Evaluation: tahun 2004 – 2006
2. Simulasi :
a. Portfolio Formation: tahun 2002 – 2004
b. Portfolio Evaluation: tahun 2005 – 2007
3. Simulasi :
a. Portfolio Formation: tahun 2003 – 2005
b. Portfolio Evaluation: tahun 2006 – 2008
4. Simulasi :
a. Portfolio Formation: tahun 2004 – 2006
b. Portfolio Evaluation: tahun 2007 – 2009
5. Simulasi :
a. Portfolio Formation: tahun 2005 – 2007
b. Portfolio Evaluation: tahun 2008 – 2010
6. Simulasi :
a. Portfolio Formation: tahun 2006 – 2008
b. Portfolio Evaluation: tahun 2009 – 2011
Metode yang digunakan untuk analisis data pada penelitian ini adalah moving average, yang
merupakan salah satu alat paling populer dan mudah digunakan untuk para analis teknikal. Jenis MA yang akan digunakan adalah eksponensial, dengan pertimbangan bahwa eksponensial merupakan pengembangan lebih lanjut pada varian MA sebelumnya yaitu SMA dan WMA.
Ada 2 tipe moving average yang akan
digunakan:
1. MA dengan periode yang telah ditentukan, di mana MA pendek adalah 1 dan panjang 10, 50, 100, 150.
2. MA optimization dengan MA pendek terdiri dari 1-10 hari sedangkan MA yang lebih panjang bervariasi dalam rentang 11-100 hari. Pengujian dengan menggunakan Metastock versi 11 dengan metode Moving Average Crossovers. Metastock merupakan salah satu program yang menyediakan analisa komponen untuk analisis teknikal dan grafik, ditunjukan untuk investor individu. Selanjutnya, pada pengujian akan dilakukan 6 simulasi, di mana masing-masing simulasi akan dibagi dalam 2 tahap/ eriode. Tahap pertama adalah portfolio formation, dengan mencari simulasi kombinasi dari MA pendek dan MA panjang yang menghasilkan return paling besar. Tahap kedua adalah periode portfolio evaluation, yaitu dengan menggunakan return tertinggi yang diperoleh dari portfolio formation untuk diimplementasikan dalam 3 tahun setelah periode portfolio formation diuji. Setelah memperoleh hasil implementasi tersebut maka akan dibandingkan dengan returnyang diperoleh dari strategi buy and hold. Return dari strategi buy and hold diperoleh dengan melakukan perhitungan return yang dihasilkan pada harga pertama pembelian dengan harga terakhir yang digunakan dalam periode pengujian. Dengan membandingkan return dari strategi MA dan strategi buy and hold maka diharapkan permasalahan penilitian di atas dapat terjawab.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Analisa Kinerja Indeks Saham
Indeks LQ-45
Data indeks LQ-45 diperoleh dari situs finance.yahoo.com, dengan data indeks dari Januari 2001 sampai dengan Desember 2011. Data tersebut kemudian diolah menggunakan Metastock dengan metode Exponential Moving Average (EMA). Hasil diperoleh dengan menggunakan 2 MA, yaitu pendek dan panjang. Pergerakan harga indeks dari LQ-45 dapat terlihat sesuai dengan gambar dan tabel di bawah ini. Pada tahun 2001-2002 ekonomi Indonesia masih dalam siklus depresi dikarenakan terjadinya krisis ekonomi tahun 1997. Mulai tahun 2003, siklus ekonomi Indonesia mengalami recovery cycle yang tampak dari pergerakan LQ-45 yang terus meningkat (Sulistyorini 2009).
Kenaikan dari awal tahun 2003 hingga akhir tahun 2007 mengalami pertumbuhan ±45% per tahunnya. Pada tahun 2008 indeks saham LQ-45 menurun drastis hingga 54.7% dikarenakan pada saat tersebut kondisi bursa dan pasar keuangan secara global telah mengalami tekanan yang sangat berat, akibat kerugian yang terjadi di subprime mortgages yang berimbas ke sektor keuangan Amerika Serikat dan berimbas pula ke negara-negara lain di dunia, baik di Eropa, Asia, Australia, maupun Timur Tengah. Indeks harga saham di bursa global juga mengikuti keterpurukan indeks harga saham bursa di AS, bahkan di Asia, termasuk Indonesia, indeks harga saham menukik tajam melebihi penurunan indeks saham di AS sendiri, dapat terlihat dari penurunan indeks LQ-45 tahun 2008 sebesar 54.7% sedangkan S&P500 sebesar 37.6%. Hal ini mengakibatkan kepanikan yang luar biasa bagi para investor, sehingga sentimen negatif terus berkembang.
Pada awal tahun 2009 indeks saham LQ45 masih dalam keadaan bearish tetapi sekitar Maret 2009 indeks saham perlahan mulai naik kembali. Bahkan pada tahun 2009 dari awal tahun hingga akhir tahun mengalami peningkatan sebesar 71%. Pada tahun 2010 dan 2011 indeks saham LQ45 sudah kembali normal.
Portfolio Formation
Pada tahap portfolio formation, indeks saham LQ-45 dan S&P500 diuji berdasarkan 6 simulasi yang telah ditentukan masing-masing rentang periode per simulasi sesuai yang telah dijelaskan pada bagian metode di atas. Berikut adalah hasil keuntungan yang diperoleh dan periode MA yang paling menghasilkan keuntungan optimum.
Moving Average 1-10, 1-50, 1-100, 1-150
Pada pengujian ini, masing-masing simulasi diuji dengan periode MA yang sudah ditentukan, yaitu MA pendek 1 (satu) hari dan MA panjang terdiri dari 10, 50, 100, dan 150. Dari hasil perolehan masing-masing simulasi dilihat periode MA yang memberikan keuntungan paling maksimum. LQ-45 Hasil dari penelitian ini terdiri dari keuntungan yang diperoleh selama 3 (tiga) tahun dan per tahun. Apabila dilihat dari hasil tabel 3, sebagian besar periode yang menghasilkan persentase keuntungan paling tinggi adalah MA dengan periode 1-10, hanya simulasi 4a (tahun 2004-2006) saja yang memperoleh keuntungan paling maksimum pada periode 1-50. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian BenZion, et al. (2003), yang juga menunjukkan bahwa success proportion dan return long plus cash strategy dan long plus short strategy dari penelitian tersebut yang juga menggunakan moving averages yang paling besar adalah untuk periode 1-9 dan 1-49. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan dalam Murphy (1999), bahwa semakin pendek MA maka semakin sensitif terhadap aksi harga sehingga keterlambatan waktu dari MA dapat dikurangi walaupun tidak dapat sepenuhnya dihilangkan. Dengan menggunakan MA yang lebih pendek periodenya maka dapat menjadi lebih sensitive terhadap adanya perubahan harga, sehingga tindakan yang diambil juga dapat lebih cepat dan memungkinkan untuk memperoleh hasil yang lebih maksimal.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Analisa teknikal ini masih menjadi suatu perdebatan terutama dengan adanya efficient market hypothesis (EMH), di mana dikatakan bahwa informasi tidak dapat digunakan untuk memprediksi perubahan harga di masa yang akan datang. Selain itu, pada EMH dikatakan juga bahwa buy and hold strategy merupakan teknik yang paling unggul dan tidak ada metode lain yang dapat mengalahkan metode tersebut.
Dengan adanya hasil yang bertolak belakang tersebut maka penelitian ini berusaha untuk melihat apakah metode analisa teknikal efektif dalam melihat trend pergerakan harga saham dan dapat menghasilkan keuntungan yang maksimum dibandingkan dengan buy and hold strategy. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pada LQ-
45, dalam hal ini mewakili pasar berkembang lebih efektif menggunakan moving average dengan rentang periode yang pendek, sedangkan pada S&P500 sebagai pasar maju lebih efektif menggunakan moving average dengan rentang periode
yang panjang.
Penggunaan analisa teknikal dengan moving average terbukti dapat melihat trend dari pergerakan saham sesuai dengan asumsi/prinsip dasar yang dijelaskan dalam Murphy (1999). Namun, keefektifan moving average tersebut dalam melihat pergerakan trend juga dipengaruhi dengan keadaan kondisi ekonomi negara pada periode tersebut. Hal ini terlihat dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa pada saat kondisi ekonomi negara tersebut baik (bullish), penggunaan buy and hold strategy lebih dapat memberikan keuntungan dibandingkan dengan analisa teknikal,
bahkan pada S&P500 analisa teknikal dengan menggunakan MA optimization menghasilkan kerugian. Hasil tersebut menunjukkan pada pada saat kondisi ekonomi sedang baik maka pasar akan bertindak secara acak, sesuai dengan konsep yang dikemukakan oleh Fama (1970) dalam Heijden (2003). Sebaliknya, pada kondisi ekonomi negara tersebut sedang krisis (bearish), penggunaan analisa teknikal lebih dapat memberikan keuntungan dibandingkan dengan buy and hold strategy, bahkan pada S&P500 terlihat bahwa dengan menggunakan buy and hold strategy dapat mengalami kerugian. Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian-penelitian terdahulu yang menunjukkan bahwa pasar modal Indonesia telah efisien dalam tingkat lemah (Indra 2001; Lestari dan Donny 2006) dan S&P500 menunjukkan bahwa pasar modal di Amerika cenderung berbentuk efisien dalam tingkat semikuat (Gumanti dan Utama 2002). Berdasarkan penelitian ini, dapat terlihat bahwa pasar modal Indonesia dan Amerika Serikat belum sepenuhnya efisien karena investor masih dapat mengambil keuntungan dengan menggunakan analisa teknikal.
Dengan hasil tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa pasar dari suatu negara akan lebih efisien pada saat kondisi ekonomi baik dan efficient market hypothesis terbukti. Namun, pada saat kondisi ekonomi negara tersebut buruk, maka pasar saham juga menjadi tidak efisien dan pasar cenderung bergerak berdasarkan trend sehingga analisa teknikal menjadi lebih memberikan keuntungan. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Brown dan Harlow (1988) dan Brown et al. (1988) yang menyatakan bahwa terdapat bentuk asimetris pada respon pasar terhadap even bagus dan buruk. Reaksi pasar negatif lebih kuat dan lebih dapat diprediksi dibandingkan reaksi positif terhadap stimulus (Pasaribu 2011). Hal tersebut dapat terjadi karena dipengaruhi oleh adanya pengambilan keputusan secara irasional oleh sebagian besar investor dan menyebabkan pasar menjadi tidak efisien. Para investor memiliki kecenderungan yang sama dalam pengambilan keputusan saat kondisi pasar bearish untuk meminimalisasikan kerugian
SARAN
Penelitian ini memiliki keterbatasan dan dapat dijadikan saran untuk penelitian berikutnya, antara lain: (1) Dikarenakan hasil keuntungan yang diperoleh berdasarkan tahunan, maka penelitian ini lebih efektif diterapkan pada investasi jangka panjang. Penelitian ini tidak meneliti apakah analisa teknikal moving average ini efektif pula diterapkan pada investasi jangka pendek. Oleh karena itu, untuk penelitian selanjutnya dapat dilakukan pengujian apakah pada investasi jangka pendek efektivitas analisa teknikal moving average dibandingkan dengan buy and hold strategy juga memperoleh hasil yang sama dengan penelitian ini. (2) Penelitian ini hanya melihat dari satu macam analisa teknikal saja sehingga tidak dapat disimpulkan secara umum bahwa semua analisa teknikal akan menghasilkan kesimpulan yang sama.
Dengan melakukan penelitian menggunakan analisa teknikal yang bervariatif dari metode yang sederhana hingga metode yang kompleks dapat melihat tingkat keefektifannya dalam memprediksi trend suatu pasar, dibandingkan dengan metode buy and hold. (3) Dalam membandingkan efektivitas analisa teknikal moving average ini antara pasar maju dan berkembang, peneliti hanya melihat dari satu negara baik untuk pasar maju dan berkembang. Oleh karena itu, penelitian selanjutnya dapat diteliti pada beberapa negara untuk memperoleh kesimpulan yang lebih menyeluruh. (4) Penelitian ini menggunakan portfolio pasar sebagai data yang digunakan dalam pengolahan analisa teknikal moving average sehingga data pergerakan indeks yang dihasilkkan mengikuti pasar dan bukannya berdasarkan efisiensi pasar.
DAFTAR PUSTAKA
Basu, S., Mahendra, R., Tchalian, H. (2008), A comprehensive study of behavioral finance, Journal of Financial Service Professionals, pp. 51-62. 
BenZion, U.P. Klein, Y. Shachmurove, dan J.Yagil (2003), Efficiency Differences between the S&P500 and the Tel-Aviv 25 Indices: A Moving Average Comparison, International Journal of Business, Vol. 8(3).
Brown, K.C., W.V. Harlow (1988), Market Overreaction: Magnitude and intensity, Journal of Portfolio Management, Vol. 14, 6-13.
Brown, K.C., W.V. Harlow, and S.M. Tinic (1988), Risk Aversion. Uncertain Information, and Market Efficiency, Journal of Financial Economics¸ Vol. 22, 355–385.
Eko, U. (2008), Analisis dan Penilaian Kinerja Portfolio Optimal Saham-Saham LQ-45. Jurnal Ilmu Administrasi dan Organisasi. Sept-Des 2008: 178-187.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar